Peneliti meyakini gambar cadas yang ada merupakan petunjuk bagi tempat yang digunakan untuk seremoni proses kesuburan dan reproduksi.
Gabungan dari penyelam dan arkeolog internasional menemukan gambar cadas terbaru di Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Gambar cadas ini pertama kali ditemukan oleh para penyelam yang kemudian memberi informasi pada Jean-Michel Chazine, peneliti dari French National Centre for Scientific Research (CNRS-France) tiga tahun silam.
Penemuan ini baru diumumkan oleh Chazine dalam Kongres Arkeologi Dunia di Yordania pada 13 hingga 18 Januari 2013 lalu. "Itu (Papua Barat) merupakan surga kecil bagi dunia arkeologi. Gambar yang ada sangatlah berhias dan indah," kata Chazine dalam presentasinya di kongres (18/1).
Gambar cadas ini ditemukan di tebing yang sudah mulai tenggelam. Terdapat tujuh situs baru, dengan demikian total ada 13 situs di lokasi tersebut. Situs-situs terbaru ini menampilkan hasil goresan tangan yang muncul di hampir di semua lokasi yang dicat.
Konten dari gambar cadas terbaru ini mayoritas berisi tentang fauna laut seperti tuna, hiu, lumba-lumba, dan beberapa ikan besar lainnya. Terdapat juga kombinasi garis dan warna yang menyimbolkan kesuburan atau kehamilan.
"Menariknya, banyak hasil karya ini yang dicat dengan warna merah koral yang indah. Saya yakin itu menjadi petunjuk bagi tempat seremoni yang didedikasikan untuk proses kesuburan dan reproduksi," kata Chazine.
Dalam buku Rock Art of West Papua karya Karina Arifin dan Phillipe Delanghe, catatan tertua mengenai gambar cadas di Papua Barat berisi mengenai tebing di Teluk Speelman, selatan Fakfak. Pada tahun 1678, saudagar Johannes Keyts menuliskan dalam buku hariannya ketika menemukan tengkorak manusia, tameng, dan artefak lain saat melewati tebing tersebut.
Tebing itu dipenuhi dengan cat merah dan Keyts pun sempat mensketsa ulang gambar-gambar cadas yang ada. Buku harian Keyts sempat diterbitkan oleh Francois Valentijn pada 1726 dan dicetak ulang lagi pada tahun 1944. Sayangnya hingga sekarang tebing tersebut belum ditemukan lagi.
(Zika Zakiya. World Archaeology Congress, Rock Art of West Papua )
Penemuan ini baru diumumkan oleh Chazine dalam Kongres Arkeologi Dunia di Yordania pada 13 hingga 18 Januari 2013 lalu. "Itu (Papua Barat) merupakan surga kecil bagi dunia arkeologi. Gambar yang ada sangatlah berhias dan indah," kata Chazine dalam presentasinya di kongres (18/1).
Gambar cadas ini ditemukan di tebing yang sudah mulai tenggelam. Terdapat tujuh situs baru, dengan demikian total ada 13 situs di lokasi tersebut. Situs-situs terbaru ini menampilkan hasil goresan tangan yang muncul di hampir di semua lokasi yang dicat.
Konten dari gambar cadas terbaru ini mayoritas berisi tentang fauna laut seperti tuna, hiu, lumba-lumba, dan beberapa ikan besar lainnya. Terdapat juga kombinasi garis dan warna yang menyimbolkan kesuburan atau kehamilan.
"Menariknya, banyak hasil karya ini yang dicat dengan warna merah koral yang indah. Saya yakin itu menjadi petunjuk bagi tempat seremoni yang didedikasikan untuk proses kesuburan dan reproduksi," kata Chazine.
Dalam buku Rock Art of West Papua karya Karina Arifin dan Phillipe Delanghe, catatan tertua mengenai gambar cadas di Papua Barat berisi mengenai tebing di Teluk Speelman, selatan Fakfak. Pada tahun 1678, saudagar Johannes Keyts menuliskan dalam buku hariannya ketika menemukan tengkorak manusia, tameng, dan artefak lain saat melewati tebing tersebut.
Tebing itu dipenuhi dengan cat merah dan Keyts pun sempat mensketsa ulang gambar-gambar cadas yang ada. Buku harian Keyts sempat diterbitkan oleh Francois Valentijn pada 1726 dan dicetak ulang lagi pada tahun 1944. Sayangnya hingga sekarang tebing tersebut belum ditemukan lagi.
(Zika Zakiya. World Archaeology Congress, Rock Art of West Papua )