Konsep Pendidikan (Ta’dib) Menurut Seyyed Naquib Alatas

Bookmark and Share


Pendidikan Islam Itu “Ta’dib”, Bukan “Tarbiyah” ?: Bagaimana Saya Menulis Buku Writing Toolbox (77)



Ketika saya mengais-ngais bacaan lama saya terkait dengan˜ilm, saya menemukan buku kecil tapi menurut saya sangat pedas bagaikan cabai rawit. Saya katakan” sangat pedas” karena bahasa-tulis buku ini begitu dalam dan tajam serta bercahaya. Ketebalan buku yang saya temukan itu tak sampai 100 halaman dan formatnya kecil: agak lebih besar sedikit dari buku saku yang banyak digunakan oleh buku jenis novel.
Buku tersebut diterbitkan oleh Mizan pada tahun 1984. Aslinya berasal dari bahasa Inggris dengan judul The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy Education (1980). Penerjemah dan penyunting bukuj itu saat ini sudah bergelar doktor. Siapa penerjemah dan penyuntingnya? Penerjemahnya Haidar Bagir dan penyuntingnya Jalaluddin Rakhmat. Melihat penerjemah dan penyutingnya, kita akan tahu bahwa buku ini kayaknya memang perlu ditangani secara kurat.
Syed Al-Naquib Al-Attas, demikian penulis buku yang diterjemahkan menjadi Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka-Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, memang dikenal sebagai seorang profesor yang sangat cermat dan teliti dalam berbahasa khususnya dalam berbahasa tulis. Profesor Naquib sangat memerhatikan makna-kata karena begitu pemaknaan itu salah, kekacauan di dalam pikiran pun akan terjadi.
Risalahnya, yang diterjemahkan oleh Haidar Bagir dan disunting oleh Jalaluddin Rakhmat, tersebut merupakan komentar atas salah satu bab “Dewesternisasi Ilmu” yang terdapat di buku Islam and Secularism. Di beberapa tempat, dalam risalah tersebut, Profesor Naquib lebih menjelaskan beberapa unsur esensial dalam pendidikan Islam yang didasarkannya pada apa yang disebutnya sebagai “konsep-konsep kunci”
Beberapa definisi baru pun ditambahkan, antara lain, tentang intelek (aql) dan rasionalitas (nuthq) coba perhatikan perbedaan antara intelek dan rasio yang dalam bahasa Arab memang dibedakan. Lalu dibahas pula tentang Islamisasi bahasa dan pikiran, serta tentang makna (ma’na). Dan pembahasan yang, menurut saya, “sangat pedas” itu adalah pembahasan tentang ilmu dan pendidikan (ta’dib).
Istilah terakhir, ta’dib, ini setelah dibahas lebih jauh diusulkannya untuk menggantikan istilah tarbiyah yang selama ini dipergunakan untuk menunjuk pendidikan. Penggunaan istilah tarbiyah, menurut Profesor Naquib, merupakan produk dari kerancauan semantik yang, pada gilirannya, bisa mengacaukan persepsi kita tentang pandangan-dunia Islam dan tentang gagasan pendidikan serta proses pendidikan menurut Islam.
Dalam artinya yang asli dan dasar, adab berarti undangan kepada suatu perjamuan. Gagasan tentang suatu perjamuan menyiratkan bahwa si tuan rumah adalah seorang yang mulia dan adanya banyak orang yang hadir, dan bahwasanya yang hadir adalah orang-orang yang menurut perkiraan tuan rumah pantas mendapatkan kehormatan untuk diundang dan, oleh karena itu, mereka adalah orang-orang yang bermutu dan berpendidikan tinggi yang diharapkan bisa bertingkahlaku sesuai dengan keadaan, baik dalam berbicara, bertindak maupun beretika”(h. 56-57).
“Berkenaan dengan ini, adab melibatkan tindakan untukmendisiplinkan pikiran dan jiwa; hal ini berarti sebuah pencapaian akan kualitas-kulitas dan sifat-sifat yang baik oleh pikiran; penyelenggaraan tindakan-tindakan yang betul, bukan yang menyeleweng, yang benar atau tepat dan bukan yang salah; penyelamatan diri dari kehilangan kehormatan.
Jadi adab, sebagai tiundakan-tindakan disipliner, pencapaian-pencapaian selektif, tingkah laku yang benar dan pemeliharaaan kualitatif berikut segala pengetahuan yang terkandung di dalamnya, merupakan pemenuhan tujuan pengetahuan. (h. 59).[]
Ini Naskah PDf dari Skripsi WASTUTI tentang Konsep Pendidikan Islam (Ta’dib) Menurut Seeyed Naquib Alatas. Silahkan Klik di link ini:

Ta’dib

Hernowo