Di kampung halaman saya, Desa Kolbano, Pantai Selatan Pulau Timor, ada satu Mite, cerita rakyat yang diyakini benar terjadi sampai dengan awal 1900. Cerita rakyat itu adalah cerita “Bi Kabin”, seorang gadis anak manusia yang menikah dengan buaya (raja laut). Hitung-hitungan saya sesuai silsilah keluarga Bi Kabin, pernikahan itu terjadi sekitar akhir 1700 atau awal 1800. Dalam kurun waktu antara akhir 1700 sampai awal 1900, terus terjadi komunikasi antara keluarga Bi Kabin dengan raja laut. Ada ritual tertentu yang dilakukan kerabat Bi Kabin di pantai dan raja laut akan mengirimkan ikan nipi ke pantai dan bisa diambil semua warga sampai puas tanpa menggunakan alat tangkap. Semua itu berakhir ketika Injil masuk ke Desa Kolbano tahun 1910 dan keluarga Bi Kabin masuk Kristen. Semua ritual dihentikan dan lokasi-lokasinya tidak dirawat lagi. Cerita nasib Bi Kabin seperti tanpa ending.
Ada beberapa peninggalan yang diklaim sebagai bukti bahwa pernikahan itu benar terjadi. Bukti-bukti yang sempat saya saksikan yaitu bekas kandang tempat menampung kerbau-kerbau mas kawin kiriman raja laut dan gundukan tanah dekat pantai yang disebut adalah tumpukan abu dapur hasil memasak garam yang menjadi lokasi awal pertemuan Bi Kabin dan raja laut.
Cerita Bi Kabin itu masih terdengar sebagai dongeng sampai sekarang tapi kelihatannya semakin memudar.
Waktu SD, saya pernah membaca satu cerita rakyat dari Cina yang mirip sekali ceritanya, tapi saya lupa judulnya. Begini versi cinanya.
Ada satu anak muda yang dibawa ke istana raja laut oleh seekor kura-kura yang ia selamatkan karena ternyata kura-kura itu adalah raja laut itu sendiri. Menurut orang Cina, raja laut itu kura-kura bukan buaya.
Setelah setahun di istana raja laut, si pemuda kangen dengan kampung halamannya dan meminta untuk pulang menjenguk sebentar. Raja laut mengijinkan sambil membekali sebuah kotak dengan syarat kotak itu jangan dibuka sampai dia balik lagi ke istana. Ketika si pemuda tiba ternyata kampungnya sudah berubah total, orang-orangnya juga tidak ada yang dikenal. Ia lalu bertanya kepada orang-orang kampung apakah mereka mengenal si X yang pergi dengan raja laut? Mereka menjawab bahwa mereka dengar namanya tapi itu terjadi 100 tahun yang lalu. Si pemuda kaget, menurutnya baru setahun tapi kok mereka bilang sudah 100 tahun? Karena penasaran si pemuda lalu memberanikan diri membuka kotak yang diberi raja laut. Ternyata saat kotak itu terbuka si pemuda langsung berubah menjadi seorang kakek renta berusia 100 tahun lebih.
Nah, akhir-akhir ini baru saya mulai terusik dengan kedua cerita itu. Jangan-jangan cerita Bi Kabin bukan asli, ini hanyalah sebuah inkulturasi budaya melalui pedagang-pedagang Cina. Melihat tahun terjadinya cerita Bi Kabin, jelas bahwa saat itu perdagangan ke Cina sudah ramai. Mungkin cerita dari Cina itu yang diadopsi menjadi sebuah “kenyataan” di Kolbano? Lagi pula kalau merunut cerita Bi Kabin, dimulai dari orang tua Bi Kabin pergi ke Kupang (sebagai pusat perdagangan di Timor) mencari uang perak untuk membayar pajak. Karena interaksi dengan pedagang perak dari Cina di Kupang itulah dongeng Cina itu diadopsi. Perbedaan mendasar kedua versi hanyalah pada endingnya, versi Cina ada ending, Kolbano tidak.
Apakah benar ini hanya dongeng adopsi dari Cina? Tapi kok ada bukti-bukti yang menunjukkan itu benar terjadi? Kalau adopsi, bagaimana prosesnya yang rasional? Mungkin ada yang bisa bantu jelaskan dari sudut pandang berbeda? Apakah ada juga versi dari daerah/benua lain yang lebih mirip?
Terima kasih.
Di kampung halaman saya, Desa Kolbano, Pantai Selatan Pulau Timor, ada satu Mite, cerita rakyat yang diyakini benar terjadi sampai dengan awal 1900. Cerita rakyat itu adalah cerita “Bi Kabin”, seorang gadis anak manusia yang menikah dengan buaya (raja laut). Hitung-hitungan saya sesuai silsilah keluarga Bi Kabin, pernikahan itu terjadi sekitar akhir 1700 atau awal 1800. Dalam kurun waktu antara akhir 1700 sampai awal 1900, terus terjadi komunikasi antara keluarga Bi Kabin dengan raja laut. Ada ritual tertentu yang dilakukan kerabat Bi Kabin di pantai dan raja laut akan mengirimkan ikan nipi ke pantai dan bisa diambil semua warga sampai puas tanpa menggunakan alat tangkap. Semua itu berakhir ketika Injil masuk ke Desa Kolbano tahun 1910 dan keluarga Bi Kabin masuk Kristen. Semua ritual dihentikan dan lokasi-lokasinya tidak dirawat lagi. Cerita nasib Bi Kabin seperti tanpa ending.
Ada beberapa peninggalan yang diklaim sebagai bukti bahwa pernikahan itu benar terjadi. Bukti-bukti yang sempat saya saksikan yaitu bekas kandang tempat menampung kerbau-kerbau mas kawin kiriman raja laut dan gundukan tanah dekat pantai yang disebut adalah tumpukan abu dapur hasil memasak garam yang menjadi lokasi awal pertemuan Bi Kabin dan raja laut.
Cerita Bi Kabin itu masih terdengar sebagai dongeng sampai sekarang tapi kelihatannya semakin memudar.
Waktu SD, saya pernah membaca satu cerita rakyat dari Cina yang mirip sekali ceritanya, tapi saya lupa judulnya. Begini versi cinanya.
Ada satu anak muda yang dibawa ke istana raja laut oleh seekor kura-kura yang ia selamatkan karena ternyata kura-kura itu adalah raja laut itu sendiri. Menurut orang Cina, raja laut itu kura-kura bukan buaya.
Setelah setahun di istana raja laut, si pemuda kangen dengan kampung halamannya dan meminta untuk pulang menjenguk sebentar. Raja laut mengijinkan sambil membekali sebuah kotak dengan syarat kotak itu jangan dibuka sampai dia balik lagi ke istana. Ketika si pemuda tiba ternyata kampungnya sudah berubah total, orang-orangnya juga tidak ada yang dikenal. Ia lalu bertanya kepada orang-orang kampung apakah mereka mengenal si X yang pergi dengan raja laut? Mereka menjawab bahwa mereka dengar namanya tapi itu terjadi 100 tahun yang lalu. Si pemuda kaget, menurutnya baru setahun tapi kok mereka bilang sudah 100 tahun? Karena penasaran si pemuda lalu memberanikan diri membuka kotak yang diberi raja laut. Ternyata saat kotak itu terbuka si pemuda langsung berubah menjadi seorang kakek renta berusia 100 tahun lebih.
Nah, akhir-akhir ini baru saya mulai terusik dengan kedua cerita itu. Jangan-jangan cerita Bi Kabin bukan asli, ini hanyalah sebuah inkulturasi budaya melalui pedagang-pedagang Cina. Melihat tahun terjadinya cerita Bi Kabin, jelas bahwa saat itu perdagangan ke Cina sudah ramai. Mungkin cerita dari Cina itu yang diadopsi menjadi sebuah “kenyataan” di Kolbano? Lagi pula kalau merunut cerita Bi Kabin, dimulai dari orang tua Bi Kabin pergi ke Kupang (sebagai pusat perdagangan di Timor) mencari uang perak untuk membayar pajak. Karena interaksi dengan pedagang perak dari Cina di Kupang itulah dongeng Cina itu diadopsi. Perbedaan mendasar kedua versi hanyalah pada endingnya, versi Cina ada ending, Kolbano tidak.
Apakah benar ini hanya dongeng adopsi dari Cina? Tapi kok ada bukti-bukti yang menunjukkan itu benar terjadi? Kalau adopsi, bagaimana prosesnya yang rasional? Mungkin ada yang bisa bantu jelaskan dari sudut pandang berbeda? Apakah ada juga versi dari daerah/benua lain yang lebih mirip?
Terima kasih.
Pither Yurhans Lakapu