Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajang [1]

Bookmark and Share


Abstrak
Setiap dinasti dalam sebuah imperium pasti akan mengalami masa keemasan sekaligus masa suram. Masa kejayaan itu hanya terjadi sekali dalam rentang waktu dinasti tersebut. Dan mimpi untuk mengembalikan sebuah dinasti, sangatlah tidak mungkin. Dinasti Mulawarman punah diganti dinasti Taruma Negara juga punah, digantikan Sriwijaya dan begitu seterusnya.
Oleh karena system pemerintahannya adalah kerajaan maka penerus raja adalah keturunan atau keluarganya, makar maupun pemberontakan, juga dilakukan keluarga mereka. Patah tumbuh, hilang berganti demikian kata pepatah.
Di dalam kasultanan Pajang, dinasti yang dibangunnya tidak bertahan lama, kerapuhan dalam pemerintahannya, karena adanya campur tangan keluarga. Saling membunuh, saling menumbangkan, dan intrik-intrik lainnya. Karena berebut TAHTA.
1. Tumenggung Mayang
Tumenggung Mayang adalah seorang nayaka praja kasultanan Pajang, dalam jabatannya sebagai nindyamantri sandiyuda [Kepala Badan Intelijen Kasultanan Pajang] ia menjadi orang kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Dia mengabdi di Kasultanan Pajang sudah lama, yakni sejak berdirinya Pajang, bahkan ketika masih sebagai nayaka di Kasultanan Demak Bintara.
Tumenggung Mayang sangat terobsesi dengan ramalan Sunan Giri III 1], bahkan dia mempunyai sebuah rencana besar, yang tidak diketahui dan disetujui oleh siapapun. Sebagai Kepala Badan Intelijen, Tumenggung Mayang mempunyai banyak cara untuk memuluskan rencananya. ” apa jadinya kelak wirayat Sunan Giri2], jika bukan aku yang memulainya.”
***
Isterinya ki Tumenggung Mayang adalah putri dari Ki Ageng Pamanahan, adik dari Senapati Ing Ngalaga. Dari hasil perkawinannya ki Tumenggung Mayang memiliki seorang putera yang bernama raden Pabelan, seorang pemuda yang parasnya tampan.
Raden Pabelan ini dikenal sebagai pria hidung belang, hampir semua wanita didalam keraton Pajang, tak ada yang tak mengenalnya. Juga di kotaraja Pajang, nama Pabelan dikenal di setiap hati wanita Pajang.
Karena ulahnya itulah yang membuat Tumenggung Mayang menjadi serba salah, ia merasa dipermalukan oleh putra satu-satunya itu. Karena kegelisahan hatinya itulah, ia akan mengambil keputusan yang grusa-grusu [3] tanpa dipikir akibatnya.
Di Katumenggungan, Tumenggung Mayang sedang makan malam bersama isteri dan anaknya yaitu Raden Pabelan. Biasanya jika makan malam ki Tumenggung selalu mengajak makan malam bersama keluarga pamannya, tetapi kali ini tidak ada.
Dalam hatinya raden Pabelan itu menginginkan seperti anak nayaka praja yang lain, ada canda tawa dengan orang tua dan anaknya, tidak kaku dan otoriter. Dalam ke- seharian-nya yang dihadapinya tidak demikian, dalam rumah terasa panas, maka itulah yang dilakukan selama ini oleh raden Pabelan.
Sambil menikmati hidangan makan malam, ki Tumenggung mengawali pembicaraannya ;” anakku Pabelan, aku dan ibumu ini sudah tua, kami ingin seperti yang lain, mereka bisa bercanda dengan cucunya. Nah, apakah kamu sudah punya pilihan gadis idaman, kalau ada anaknya siapa, nayaka praja, sudagar atau siapa, nanti ayah akan meminangnya, katakan anakku!”.
Tetapi jawaban Pabelan sangat sepele dan mengejutkan kedua orang tuanya, ;” maaf rama, Pabelan masih ingin melajang.”
“bagaimana kamu ini, umurmu itu sudah 30 tahun lebih, tetapi masih ingin sendiri, itu bukan trahing kusuma, bukan watak ksatria. Jika kamu menganggap dirimu seorang ksatria masih trahing kusuma, maka datangilah putri Sekar Kedhaton Kasultanan Pajang. Nanti ayah akan membantumu” desak Tumenggung Mayang
“ Bagaimana mungkin ayah, kaputren itu dijaga ketat, tembok kaputren juga tinggi dan banyak jebakan-jebakan, aku tidak berani masuk ke dalam puri. Meskipun sebenarnya selama ini hamba memang selalu membayangkan bagaimana kalau menjadi menantu kanjeng Sultan”, tukas Raden Pabelan.
“Begini anakku, tuan putri itu setiap pagi membeli bunga, dan bunga kesukaan sang putri adalah kenanga dan cepaka, cobalah emban yang disuruh beli bunga itu kau bujuk, berikanlah bunga darimu, pasti sang putri merasa gembira. Hanya dengan cara ini engkau bisa mendapatkan sang putri kedhaton, kalau dia sudah jatuh kedalam pelukanmu, ayahmu akan segera melamar pada kanjeng Sultan”. bujuk Tumenggung Mayang.
∞0∞

1] Sunan Prapen Adi.

2] Sunan Giri pernah meramalkan bahwa kelak tanah perdikan Menthaok akan melahirkan seorang Raja yang akan menyatukan raja-raja di pulau Jawa.
3] Tanpa dipikir panjang, asal saja.
Sastradiguna