Negarakrtagama dapat diartikan: pertama, “negara yang berdasarkan atau didasarkan tradisi suci”. Ini sejalan dengan thesi Herman Sinung Janutama, penulis buku “Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah yang terlupakan.”
Negarakrtagama bukan kitab yang berisi ajaran-ajaran agama. Negarakrtagama adalah laporan jurnalistik Prapanca saat mengikuti perjalanan raja Majapahit Hayam Wuruk ke Lumajang tahun 1359. Bagai seorang jurnalis, Prapanca dengan teliti, runtut mencatat dan mendeskripsikan beragam kejadian dan nama tempat yang dilaluinya. Prapanca sangat detil membuat reportase perjalanan Hayamwuruk selama tiga bulan dari Trowulan – Pasuruan – Lumajang – Situbondo – Pasuruan – Singosari – Malang – Pandaan dan kembali ke Trowulan. Deskripsinya demikian detil. Unsur 5W + 1 H sudah tercover semuanya. Inilah kelebihan Prapanca. Tak berlebihan jika, Prapanca lebih layak menyandang Bapak Pers Nasional lantaran di tahun 1300-an sudah menulis karya jurnalistik.
Mpu Prapanca Jurnalis Pertama Nusantara
Masih jadi polemik. Siapakah wartawan pertama atau yang layak menyandang sebutan Bapak Pers Nasional di Indonesia? Ada sederet nama: Tirto Adhie Soerjo (T.A.S) pernerbit Medan Prijaji, Adinegoro, Dja Endar Moeda , Abdul Rivai (Bintang Hindia) dan yang lain. Namun, untuk mengetahui siapa mereka, perlu referensi, paling tidak tanya mbah Google.
Tapi, ada satu nama lain: Mpu Prapanca. Hampir semua dari kita familier. Orangtua dan anak-anak kita, terutama pelajar pasti mengenal Mpu Prapanca. Dialah penulis kitab Negarakrtagama. Bagaimana jika Prapanca yang menjadi Bapak Pers Nasional? Apa yang telah diperbuat oleh Prapanca? Apa istimewanya Negarakrtagama dibanding kitab kuno lainnya?
Seperti kita ketahu, Negarakrtgama merupakan satu-satunya karya sastra jaman Majapahit yang berbeda dengan karya sastra sebelumnya atau sejamannya. Mengapa? Tak lain karena Negarakrtagama bukan kitab yang berisi ajaran-ajaran agama. Negarakrtagama adalah laporan jurnalistik Prapanca saat mengikuti perjalanan raja Majapahit Hayam Wuruk ke Lumajang tahun 1359. Bagai seorang jurnalis, Prapanca dengan teliti, runtut mencatat dan mendeskripsikan beragam kejadian dan nama tempat yang dilaluinya. Prapanca sangat detil membuat reportase perjalanan Hayamwuruk selama tiga bulan dari Trowulan – Pasuruan – Lumajang – Situbondo – Pasuruan – Singosari – Malang – Pandaan dan kembali ke Trowulan. Deskripsinya demikian detil. Unsur 5W + 1 H sudah tercover semuanya. Inilah kelebihan Prapanca. Tak berlebihan jika, Prapanca lebih layak menyandang Bapak Pers Nasional lantaran di tahun 1300-an sudah menulis karya jurnalistik.
Tentu saja isi Negarakrtagama tidak melulu laporan jurnalistik. Karena sifatnya pujasatra, didalamnya juga banyak uraian yang baik-baik. Uraian tentang kemegahan kerajaan Majapahit, pujian untuk raja, silsilah raja-raja, candi-candi, upacara-upacara dan hukum pada jaman Majapahit. Khusus untuk karya jurnalistik ini tidak berlaku Bad News is Good News.
Judul Negarakrtagama dikenalkan pertama kali oleh Dr. Brandes yang mengutip nama itu dari kolofon (kata-penutup) yang diciptakan oleh si penyalin naskah aslinya. Kata “krtagama”, menurut kamus Jawa Kuno P.J. Zoetmulder, Old Javanese-English Dictionary artinya based upon atau establised in the holy traditions. Negarakrtagama dapat diartikan: pertama, “negara yang berdasarkan atau didasarkan tradisi suci”; dan kedua, “sejarah pertumbuhan dan perkembangan negara”.
Padahal, judul asli Negarakrtagama adalah Desawarnana. Robson menerjemahkannya sebagai description of the country. “Uraian tentang desa-desa”. Jika menggunakan judul aslinya niscaya lebih muncul nuansa jurnalistiknya. Tergambarkan luasnya wilayah Majapahit. Beragamnya kekayaan alamnya, penduduknya, adat-isatiadat dan kebudayaannya. Dan yang jelas, tergambarkan juga bahwa Prapanca juga seorangTravel Writer.
Begitulah, di hari pers ini (9 Pebruari kemarin, inipun juga kontroversi), patutlah bersyukur ada seorang Prapanca, yang menyempatkan menjadi jurnalis pertama di Nusantara yang karyanya masih terwariskan sampai kita. Lebih bersyukur lagi, koleksi dokumen sejarah kerajaan Majapahit ini juga telah diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.