Ternyata Pyramid Giza itu Dibangun Dari Tanah Liat

Bookmark and Share


13349672041543723227

Ternyata Piramida Agung Giza dibangun dari tanah liat. (foto: amie a

Siapa yang tidak mengenal Piramida Agung Giza di Mesir? Yaitu bangunan yang menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno, dibangun oleh orang Mesir kuno 5000 tahun yang lalu. Namun hingga saat ini belum ada tandingannya. Konon, menurut cerita turun-temurun, bangunan raksasa yang terlihat jelas dari bulan itu, dibangun dengan menggunakan batu granite ukuran raksasa pula. Di antara piramida-piramida Mesir, yang terbesar adalah Piramida Khufu, mempunyai ketinggian 146m. Diyakini dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu yaitu pada tahun 2560 SM.



Para arkeolog Mesir dan dunia berpendapat, bahwa Piramida Agung Giza dibangun dengan konstruksi blok batu granite yang berjumlah 2.300.000 blok batu, di ambil dari wilayah Aswan. Setiap blok batu mempunyai bobot 2.5 ton. Proses pembangunannya memakan waktu selama 30 tahun, dengan melibatkan 100.000 orang pekerja. Keyakinan tersebut terus berlanjut hingga akhir abad ke-19 Masehi.



Sebagaimana kisah-kisah perjalanan ummat manusia ribuan tahun yang lalu, ternyata Al Qur’an juga dengan jelas telah menceritakan proses pembangunan Piramida Mesir. Yaitu dengan menggunakan Tanah Liat. Namun, baru terkuak rahasianya setelah melewati masa 1441 tahun. Adapun firman Allah SWT dalam Al Qur’an berkenaan dengan proses pembangunan piramida tersebut ada dalam Surat Al Qashash ayat 38: Yang artinya, “Dan berkata Firaun: “Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta “.



Sungguh luar biasa, kebenaran apa yang termaktub dalam ayat Al Qur’an tersebut baru terbukti, setelah seorang ilmuan Perancis ahli Geopolimer bernama Profesor Joseph Davidovits pada tahun 1981 menyampaikan sebuah teori hasil penelitian panjangnya. Yaitu sekitar proses konstruksi bangunan piramida. Di mana, menurutnya Piramida Agung Giza dibangun dari unsur tanah liat, setelah melalui proses pembakaran maka tanah liat tersebut menjadi sekeras batu alam.



Profesor Davidovits mengatakan, bahwa tanah liat dan bahan lainnya diambil dari sepanjang Suangai Nil, lalu bahan-bahan tersebut disatukan dengan bahan campuran lainnya dalam sebuah wadah. Campuran semua unsur tanah liat ini selanjutnya dipanaskan pada suhu tinggi, sehingga menyebabkan komponen-komponen kimiawi dari bahan-bahan tersebut saling berinteraksi dan membentuk sejenis batu. Guna memudahkan membawa material tersebut ke lokasi piramida, campuran tanah liat tersebut ditaburi dengan zat garam, setelah agak mencair barulah tanah liat tersebut diangkut dan ditempatkan dalam cetakan kayu yang telah dipersiapkan. Selanjutnya dengan bantuan panas matahari, campuran tanah liat tersebut akan membentuk batu persis seperti batu gunung berapi, yang terbentuk jutaan tahun lalu. Dengan teknis semacam ini, menjadikan semua blok batu memiliki ukuran dan potongan yang sama.


13349660921103962074

Skema proses pembangunan Piramida Agung Giza yang dipaparkan oleh Prof. Davidovits (image: philipcoppens.com)





Percobaan yang dilakukan oleh Profesor Davidovits menggunakan Nanoteknologi (cabang teknik yang berhubungan dengan hal-hal kecil dari 100 nanometer), membuktikan adanya sejumlah besar unsur air dalam bebatuan. Jumlah tersebut seharusnya tidak ada, seperti pada batu alam kebanyakan.



Tes mikroskop elektronik yang digunakan untuk menganalisis sampel dari batu piramida. Hasilnya, sesuai dengan pendapat Prof. Davidovits, dan kristal kuarsa jelas muncul sebagai hasil dari pemanasan lumpur. Analisis dengan skala Mini E menunjukkan adanya silikon dioksida juga. Sehingga hal ini membuktikan bahwa batu-batu tersebut tidak alami.



Selain itu, dalam bukunya “Ils ont bati les pyramides” (cara membangun piramida) yang diterbitkan tahun 2002, Profesor Davidovits telah menjelaskan semua teka-teki yang selama ini menjadi perdebatan para arkeolog, sekitar cara Piramida Agung Giza dibangun. Selain itu, ia juga mereka ulang mekanisme konstruksi sederhana geometris dari lumpur.



Selanjutnya pada bulan Desember 2006, sejumlah arkeolog besar dunia seperti, Michel Barsoum, Adrish Ganguly, dan Gilles Hug telah mempublikasikan pendapat mereka di the Journal of the American Ceramic Society, yaitu medukung hasil temuan Profesor Davidovits berkaitan proses pembangunan Piramida Agung Giza. Teknis pembangunan piramida, juga menjadi rahasia Firáun Mesir. Dari jutaan tastamen yang ada, tidak satupun yang menjelaskan sekitar teknis pembangunan Piramida Agung Giza secara detail.

Salam.

By. Masykur A. Baddal