Ilustrasi
Setiap tanggal 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini, disebabkan tanggal tersebut adalah hari lahir R.A. Kartini (1879 – 1904). Kartini dianggap sebagai tokoh wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita dengan surat menyurat yang dilakukannya, yang dikumpulkan dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Ide dan pemikiran Kartini tersebut bagi sebagian orang menjadi inspirasi untuk mengangkat derajat wanita bagi bangsa Indonesia. Perjuangan Kartini dalam melihat dirinya, sesama kaum wanita dan dunia yang lebih luas menjadi inspirasi yang tidak akan pernah mati. Inspirasi ini bahkan terus tumbuh dan mewangi hingga kini. Menghiasi kehidupan setiap wanita Indonesia. Inspirasi dari pemikiran dan kisah Kartini adalah bentuk-bentuk perjuangan yang mesti diteladani wanita dan dihormati setiap pria. Sebab kita tahu, banyak kisah dibalik gagah dan hebatnya seorang pria, karena terlahir dan dibesarkan seorang wanita. Bila ada sebutan, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawannya. Maka tak berlebihan, bangsa hebat dan tangguh adalah bangsa yang memiliki wanita-wanita yang hebat dan tangguh pula.
Dimasa Penjajahan Belanda,kita tahu wanita dilarang sekolah, wanita hanya di rumah saja melakukan pekerjaan rumah, Dari pagi, siang sampai malam. Menyiapkan sarapan, belanja, memasak, membersihkan rumah, menyuci, mengosok pakaian, memandikan anak, bahkan tak jarang harus ke ladang atau bekerja mencari nafkah. Kalau sudah begini, pasti seorang wanita sulit untuk bisa melihat dunia luar, membangun dirinya. Namun Kartini bisa keluar dari belenggu ini,karena Kartini terlahir dalam keluarga sangat beruntung. Karena ayahnya adalah seorang bangsawan di kota Jepara, Jawa Tengah. Walau saat itu sangat langka wanita mengenal sekolah. Tapi Kartini kecil berhasil menyelesaikan sekolah dasar. Lalu mengumpulkan buku-buku pelajaran dan ilmu pengetahuan. Ia gemar membaca. Dan membaca menjadi jendela baginya untuk melihat keluar dan melepaskan diri dari belenggu dunia klasik wanita yang sering kita dengar. Walau kisah kehidupan Kartini sendiri termasuk singkat, namun pengaruhnya bagi wanita saat ini tetap dikenang.
Namun kini cita-cita Kartini yang luhur, mengangkat derajat wanita telah ternoda sejalan dengan ide emansipasi wanita, kesamaan gender dan lain sebagainya. Malahan banyak wanita yang melebihi batas-batas kodrati sebagai wanita, bahkan sampai melanggar aturan agama dan hukum Negara. Apakah ini pengaruh kapitalisme demokrasi atau apa namanya?. Miranda Goeltom ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dengan sangkaan kasus dugaan suap dan pemilihan dirinya selaku Deputy Gubernur Senior Bank Indonesia. seorang wanita Indonesia bernama Afriyani Susanti (29) telah mengejutkan masyarakat dengan perbuatannya mengendarai mobil tanpa SIM dan di Tugu Tani Jakarta mobil yang dikendarainya menabrak sejumlah orang dan mengakibatkan 9 orang tewas dan lainnya luka-luka akibat pengaruh narkoba yang menyebabkan ia kehilangan keseimbangan saat mengemudi mobil dan merenggut 9 nyawa. Imas Diansari, Hakim ad hoc Pengadilan Hubungan Industrial PN Bandung yang tertangkap basah menerima suap Rp. 200 juta. Terakhir perempuan cantik, mantan Putri Indonesia, anggota DPR, Angelina Sondakh menjadi tersangka kasus korupsi wisma atlit. Dan banyak lagi wanita-wanita Indonesia yang telah mencoreng cita-cita luhur Kartini. Wajah perempuan Indonesia yang selama ini digambarkan sebagai makhluk yang lugu, cantik, lemah lembut, sopan santun, penuh keibuan tiba-tiba tercoreng oleh para wanita Indonesia yang tersangkut masalah hukum. Wajah perempuan Indonesia sekarang telah tercoreng arang dan lumpur kotor. Seolah-olah ini gambaran wanita Indonesia, sebagai pencoleng harta Negara, sebagai koruptor yang dikutuk oleh 230 juta penduduk Indonesia.
Kita juga tidak mengingkari banyak wanita yang berprestasi, sejak zaman Kartini sampai sekarang seperti Cut Nyak Dhien, Laksamana Malahayati, Dewi Sartika, sampai kepada sosok wanita yang mengagumkan Sri Mulyani yang pernah menjadi Menteri Keuangan RI, Megawati, wanita pertama yang menjadi Presiden RI, Mutia Hatta, Linda A. Gumelar, dan sebagainya. Bila dihitung-hitung wanita Indonesia yang karir dan profesinya menjulang tinggi dan membawa nama harum bangsa Indonesia jumlahnya sangat sedikit dan dapat dihitung dengan jari. Tapi wanita-wanita yang mencorengkan arang dan lumpur kotor ke arah perempuan Indonesia justru lebih banyak. Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan wanita itu tidak lain akibat sistem kapitalisme, liberalisme dan gaya hidup bebas yang berlaku di negeri ini. dengan dorongan ide liberalisme dan kesetaraan yang salah kaprah, sebagian wanita terpedaya hingga lebih memilih mengejar karir dan bekerja meski banyak mengeksploitasi feminitas dan sensualitas mereka. Sebab itulah di masa kini yang mana wanita memiliki kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk memperoleh pendidikan dan menggali potensi diri. wanita pun harus tetap mencamkan kemandirian itu bukan sebagai upaya mengalahkan pria. Dengan begitu,terlihat wanita dan pria itu sebagai patner yang sederajat, saling menopang dan memiliki tujuan bersama serta untuk mencapai kebahagiaan bersama pula.
Selamat hari Kartini! Bangkitlah kaum wanita Indonesia!***
Suryono Briando Siringo