Home »Unlabelled » Tulang Onta Menyelamatkan Seorang Yahudi
Tulang Onta Menyelamatkan Seorang Yahudi
Ini sebuah Kisah inspiratif yang terjadi dizaman Khalifah Umar bin khaththab, kisah ini menceritakan tentang ”Sikap Seorang Kepala Negara,” bagaimana seharusnya seorang kepala negara berlaku adil terhadap rakyat. Kisah ini saya kutip dari berbagai Risalah yang saya kumpulkan setiap kali Sholat Jum’at, banyak sekali kisah-kisah inspiratif yang bisa dibagikan di forum Kompasiana ini, yang didapat secara-cuma dari Mesjid. Kisah ini secara garis besar menceritakan juga betapa Khalifah Umar adalah seorang yang disegani dan dihormati kepemimpinannya, semua begitu menaruh hormat terhadap beliau, sehingga tulang Onta darinya saja bisa menyelamatkan seorang Yahudi dari ketidak adilan seorang Gubernur.
Pernah seorang yahudi di Mesir yang menolak digusur rumahnya untuk perluasan Mesjid oleh Gubernur Mesir. Padahal dia sudah dapat ganti rugi yang tidak cukup pantas. Akhirnya orang Yahudi itu pergi ke Madinah untuk menemui Khalifah Umar bin Khaththab. Setelah menceritakan masalahnya, Khalifah Umar mengambil sepotong tulang Onta kemudian menorehkan garis lurus dari atas kebawah, kemudian garis dari kanan kekiri sehingga membentuk garis silang.
Oleh Khalifah Umar, tulang itu diserahkan kepada orang Yahudi tersebut. “Bawalah tulang ini dan berikan kepada Gubernur Mesir, ‘Amr bin ‘Ash. Katakan ini dari Umar bin Khaththab “
Si Yahudi itu merasa heran, namun ia memeberikan tulang itu pada sang gubernur. Muka ’Amr bin ‘Ash kontan pucat pasi begitu melihat tulang yang digaris dengan pedang itu. Dia langsung membatalkan mengambil rumah orang Yahudi tersebut.
Orang Yahudi itu bertanya mengapa ‘Amr bin ‘Ash melihat tulang itu begitu ketakutan dan segera mengembalikan rumahnya ? ‘Amr bin ‘Ash menjawab : “Ini adalah peringatan dari Khalifah Umar bin Khaththab agar aku selalu berlaku lurus dan adil, seperti garis vertikal pada tulang ini. Jika aku tidak bertindak lurus, maka Khaifah Umar akan memenggal leherku sebagaimana garis horisontal di tulang ini”
Begitulah sikap seorang kepala negara, dia harus mau mendengar keluhan rakyatnya yang digusur semau-maunya oleh anak buahnya, dia harus memiliki rasa keadilan dan kepedulian terhada rakyatnya. Seorang pemimpin harus berani menindak anak buahnya yang bersikap sewenang-wenang dan memela rakyat yang di dzolimi.
Tapi memang sulit mencari bandingannya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab, apa lagi dizaman sekarang ini. Kepemimpinan yang berpihak pada kepentingan rakyat itu sudah sangat sulit dijumpai, bahkan untuk mencari seorang pemimpin yang sesuai dengan harapan, yang bisa memenuhi rasa keadilan masyarakat semakin susah didapatkan. Sekarang ini yang banyak adalah pemimpin yang cenderung meikirkan diri sendiri, keluarga juga kelompok dan kerabatnya. pemimpin yang amanah semakin langka saja.
Ali Najiullah Thaib