Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan isteri janganlah alpa
Supaya malu jangan menerpa
Lantunan bait-bait indah bernuansa nasehat diatas dibacakan oleh salah seorang peserta Workshop Keluarga Sakinah Bagi Penyuluh, Penghulu, dan Konselor BP4 di Tanjunga Pinang, Kep. Riau, tanggal 7-9 Mei 2012. Bait-bait yang dibacakan peserta tadi sangatlah pas dengan acara workshop yang bertemahkan Keluarga Sakinah tersebut.
Bagi mereka sebagai penduduk asli Melayu berbalas pantun menjadi hal yang biasa, dengan logat yang lenggak-lenggok khas Melayu, sungguh enak telinga ini mendengarnya.
Bait-bait diatas merupakan Pasal yang Kesepuluh dari Gurindam Dua Belas yang berjumlah dua belas pasal, Karya Raja Ali Haji.
Bila bapak-bapak dan ibu-ibu berkunjung ke Kepulauan Riau, belumlah lengkap rasanya kalau tidak berkunjung ke Pulau Penyengat, ujar salah satu peserta workshop.
******
Penasaran dengan yang disarankan peserta workshop tadi, selesai kami berempat bergegas makan siang dan menuju kamar berkemas menuju Pulau Penyengat seperti yang disarankan sebagian besar peserta workshop
Dengan ongkos Rp.5.000,- (Lima ribu rupiah) per orang, dengan menaiki kapal kecil dari kayu, berangkatlah kami berempat menuju Pulau Penyengat, sesampainya Pulau Penyengat sepintas tidak ada yang istimewa, hanya rumah-rumah penduduk seperti yang lain didekat laut.
Bentor pak…bentor pak, hanya Rp.25.000,- (dua puluh lima ribu) keliling sampai kembali…… Begitulah sang pengemudi bentor menawarkan jasa angkutan becak motor kepada kami. Tanpa menawar kami langsung menyewa dua buah becak motor untuk membawa kami mengelilingi apa yang istimewa dari Pulau Penyengat seperti yang diucapkan peserta workshop tadi siang.
Becak motor yang kami naiki berhenti pada satu bangunan bercat kuning, benar adanya, dalam kesederhanaan yang terlintas, ternyata Pulau Penyengat tersimpan banyak sejarah tentang asal usul Melayu.
Papan nama itu tertulis “Raja Ali Haji (1808 – 1873), Bapak Bahasa Melayu Indonesia Budayawan Di Gerbang Abad XX” ternyata bait-bait puisi berlogat Melayu yang dibacakan peserta workshop tadi, telah berumur ratusan tahun seperti yang terpampang pada tahun kelahiran dan wafatnya Raja Ali Haji.
******
Siapakah Raja Ali Haji?
Selain dikenal dengan Raja Ali Haji, beliau mempunyai beberapa sebutan lainnya, diantaranya Raja Ali Al-hajj ibni, Raja Ahmad Al-Hajj ibni, Raja Haji Fisabilillah atau juga Engku Raja Ali ibni, juga Engku Haji Ahmad Riau, serta beberapa nama lainnya. Raja Ali Haji salah seorang budayawan, sastrawan, ulama, dan ilmuwan Melayu yang sangat terkenal pada abad ke 19. Beliau dilahirkan di Pulau Penyengat pada tahun 1808 dan wafat pada 1873.
Bolehkah kami mendokumentasi dengan berphoto, silahkan ujar penjaga makam.
Kamipun segera mengabadikan moment bersejarah ini.
Di Pulau Penyengat yang luasnya hanya 240 hektar inilah tempat kelahiran Raja Ali Haji, sekarang pulau kecil ini menjadi bagian dari provinsi Kepulauan Riau.
Selain makam Raja Ali Haji, diarea yang luasnya sekitar 500 meter tersebut, juga terdapat makam Raja Hamidah atau terkenal dengan sebutan Engku Putri yang wafat pada 12-07-1884. Engku Putri adalah bibik dari Raja Ali Haji.
Raja Ali Haji merupakan penulis/pengarang yang paling produkti pada zamannya, terutama buku-buku yang bernafaskan Islami. Dari sekian banyak karya nya, Gurindam Dua Belas merupakan karya Raja Ali Haji yang paling terkenal, khususnya bagi kalangan orang melayu.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat serta jasa-jasa kepada penulis/pengarang yang lain, sungguh tepat rasanya kalau Raja Ali Haji disebut sebagai orang yang paling berjasa dalam mepelopori tradisi besar Melayu. Beliau telah banyak mewariskan kepada dunia Melayu melalui karya-karya dibidang bahasa, sastra, pemerintahan, hukum, dan agama Islam.
Ada lagi tempat-temapt yang bersejarah lainnya yang kami kunjungi, tetapi akan terlalu panjang kalau semuanya dituliskan disini.
Frans AZ (14 Mei 2012)
Buku Penafsiran dan Penjelasan Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji.