Wartawan Amerika Meliput Perjuangan RI (1945 – 1948)

Bookmark and Share


1336808715219126899

Menaruh Indonesia di peta bumi orang Amerika atau Putting Indonesia on American’s Map diuraikan dalam sebuah buku mengenai hubungan Indonesia-Amerika yang diterbitkan oleh American-Indonesian Friendship Society. Perkumpulan persahabatan Amerika-Indonesia diketuai oleh Ed Masters, mantan Duta Besar Amerika di Indonesia dan Prof. Soemitro Djojohadikusumo. Dalam naskah buku yang melukiskan keadaan Indonesia pada 1945 – 1949, ditulis oleh Paul F. Gardner, mantan sekretaris politik pada Kedutaan Besar Amerika di Jakarta dan mantan Dubes AS di Papua New Guinea (PNG) terdapat sebuah bab mengenai para wartawan Amerika yang meliput Indonesia pada zaman revolusi. Setelah aksi militer Belanda pertama terhadap RI tanggal 21 Juli 1947 dihentikan oleh Dewan Keamanan PBB, dibentuk sebuah Komisi Jasa-jasa Baik (Good Offices Committee) yang terdiri atas tiga anggota, yaitu Amerika Serikat, Belgia dan Australia. Dalam kondisi tersebut (GOC) delegasi AS berjuang keras agar Indonesia memperoleh perhatian dari pemerintah Amerika Serikat yang orientasi politiknya lebih terpusat pada Eropa.

Para wartawan Amerika menghadapi masalah serupa. Tugas mereka menjelaskan suatu situasi sangat rumit kepada rakyat Amerika yang sedikit sekali mengetahui tentang Indonesia dengan penduduk yang banyak dan sumber daya yang penting. Dua wartawan Amerika, Daniel Schorr dari New York Times dan Arnold Brackman dari United Press datang meliput perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam tahun-tahun pertama pasca Perang Dunia II para wartawan Amerika mungkin lebih berhasil dalam memperkenalkan negeri mereka kepada orang-orang Indonesia ketimbang dalam tugas-tugas mereka memperkenalkan Indonesia kepada rakyat Amerika. Hal tersebut disebabkan orang Amerika merupakan obyek yang ingin diketahui oleh kebanyakan orang di Indonesia dan karena para wartawan Amerika dapat bergaul lebih bebas dengan penduduk setempat dibandingkan dengan para diplomat Amerika, khususnya di daerah-daerah yang dikontrol oleh Belanda.


Dalam sebuah tulisan berjudul “No Man’s Land of the Far East” Daniel L. Schorr mengutarakan dalam New York Times Magazine (3-10-1948): “Dalam potpourri ini konsep-konsep nasionalisme mulai dari kepercayaan bahwa Belanda akan memberikan kemerdekaan hingga tuntutan-tuntutan bagi pengusiran setiap pengaruh Belanda bergerak mondar-mandir mencari keseimbangan (equilibrium). Dan dunia Barat yang sedang menunggu suatu penyelesaian yang akan membebaskan bahan-bahan kaya dari Nusantara berharap bahwa komunisme tidak memanfaatkan kekacauan.”


Daftar Pustaka:

Anwar, Rosihan Haji. Singa dan Banteng: Sejarah Hubungan Belanda-Indonesia 1945 – 1950. Jakarta: UI Press, 1997.

Surabaya Post, 21 Agustus 1996


Wahyu Budi Arianto