Sejarah Peradaban, Melayu Harus Berterima Kasih pada Aceh

Bookmark and Share


Melayu merupakan salah satu rumpun bangsa yang besar di dunia ini. Ternyata, dalam sejarah peradaban Melayu, Aceh punya peran besar, termasuk mengangkat sejarah Malaysia sebagai salah satu rumpun Melayu. Tak salah jika dinyatakan Melayu mesti berterima kasih pada Aceh.

Antropolog lulusan Ph.D di La Trobe University, Australia, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, mengatakan hampir setiap episode sejarah Aceh selalu menyentuh soal Melayu. Karena itu, banyak orang Aceh sampai sekarang yang masih suka ke Malaysia, baik untuk sekolah, berobat, maupun sekadar jalan-jalan.

“Makanya orang Aceh kalau ke Pinang suka bilang 'lon meujak u Malaya'. Cikal bakal kejadian Pulai Pinang itu turut campur ‘tangan’ Aceh,” ujarnya dalam diskusi publik "Identitas Melayu dalam Sejarah Aceh dan Pulau Pinang", Selasa, 8 Mei 2012 petang tadi.

Kamaruzzaman mengatakan bahwa yang membangun Pulau Pinang itu adalah Sayed Hussein al-Aidid bersama Franciss Light. Sayed Hussein merupakan orang Aceh.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Bandar Publishing kerja sama dengan International Centre for Aceh and Ocean Studies (ICAIOS) itu, Kamaruzzaman mengungkapkan banyak nama tempat di Aceh yang memiliki kesamaan atau sama dengan di Malaya.

“Di Malaysia ada kampung Aceh, mesjid Aceh. Salah satu mesjid yang dibangun oleh orang Aceh saat ini sudah diubah nama oleh Malaysia dengan Mesjid Melayu,” katanya sembari menyebutkan saat ini Kampung Aceh di Malaysia ‘dikuasai’ oleh Cina.

Bangsa Lamiet

Menurut Kamaruzzaman, Aceh bukanlah Melayu. Orang Melayu, kata dia, merupakan bangsa lamiet, yaitu bangsa budak. Menurut penulis buku Acehnologi ini, di Aceh juga ada bangsa lamiet. Sejak zaman sejarah, orang Melayu atau bangsa lamiet di Pulau Pinang menjadi second class atau kelas kedua.

“Mereka bekerja di bawah kendali Cina dan India. Gambaran orang Melayu "merana" terlihat jelas pula dalam film-film P. Ramlee,” tegasnya.

P. Ramlee adalah turunan Aceh. Saat ini, ia menjadi ikon seniman di Malaysia. Karya-karya P.Ramlee mendudukan peringat teratas di negeri jiran tersebut.

Kiprah Syed Hussein al-Aidid bersama Franciss Light dalam membangun Pulau Pinang membuktikan bahwa Aceh sangat berperan dalam membangun Pinang dan Melayu umumnya.

“Sayangnya, orang Aceh saat ini terkesan kurang mempertahankan jati diri keacehanya. Padahal, bangsa Aceh merupakan bangsa yang besar. Aceh bukan Melayu, tetapi Aceh sangat berperan dalam peradaban Melayu,” ujarnya.

Menurut Kamaruzzaman, kata Melayu diambil dari nama sungai di Jambi. Ia menyebutkan hal itu dapat dilihat pada buku Story of Malaysia. Hal yang sama tersebut pula dalam disertasi Antony Reid