Penjajahan Belanda Meninggalkan Jejak Kreatifitas di Indonesia

Bookmark and Share


13371022451229970449

Berbicara tentang Belanda di masyarakat Indonesia, pasti angka 350-lah yang akan diingat dibenak masyarakat. Angka 350 mengingatkan masyarakat Indonesia mengenai lama waktu Belanda menjajah Indonesia. Masa penjajahan Belanda memakan waktu yang sangat lama, sehingga jajahannya sampai mendarah daging bagi masyarakat Indonesia.

Tetapi pada kenyataannya, tidak bisa dipungkiri bahwa selama penjajahan di Indonesia, sebenarnya Belanda berkontribusi lebih dalam pembangunan infrasturktur dan pembangunan di Indonesia. Kreatifitas Belanda tertuang dalam setiap hasil karya-karyanya di Indonesia. Menelusuri kreativitas Belanda di Indonesia tentu tidak ada habisnya, mengingat Belanda sudah ratusan tahun menjajah dan tinggal diam di Indonesia. Lirik saja jejak-jejak kreatifitas Belanda yang yang tersebar di seluruh nusantara, peninggalan Belanda berupa bangunan, jalur transportasi, karya sastra, dll. Bahkan hingga saat ini, peninggalan-peninggalan tersebut masih berdiri kokoh dan masih dapat dinikmati keindahan dan kemegahannya oleh masyarakat Indonesia.



Ketika ingin lebih dekat menyapa dan mengenal peninggalan Belanda, tidak perlu jauh-jauh untuk menikmati kreatifitasnya, masyarakat Indonesia terkhususnya di Yogyakarta juga dapat melihat bangunan-bangunan sejarah peninggalan Belanda yang masih banyak berdiri dengan percaya diri di Yogyakarta.


Ketika Berkunjung ke Yogyakarta, di sana pasti akan banyak dijumpai bangunan kuno nan klasik peninggalan jaman kolonial Belanda. Salah satu bangunan jejak percikan kreatifitas tangan Belanda yang sampai sekarang ini masih nampak cantik dengan perpaduan polesan arsitektur nan indah dari Belanda dan sedikit sentuhan pewarnaan dari Indonsia adalah Istana Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai Gedung Agung Yogyakarta.


Istana megah nan kokoh ini terletak di ujung selatan jalan Akhmad Yani, Kelurahan Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Kompleks Istana Yogyakarta ini dibangun di atas lahan seluas 43.585 M2. Terletak tepat di pusat keramaian kota, jantung kota Yogyakarta di jalan Malioboro.


Istana Yogyakarta dirikan pada bulan Mei 1824, dimana pada awalnya merupakan rumah kediaman resmi Residen Belanda Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825) yang bernama Anthonie Hendriks Smissaert, yang sekaligus merupakan penggagas atau pemrakarsa pembangunan gedung Agung.


Arsitek dari Istana Yogyakarta atau Gedung Agung adalah A. Payen dari Belanda. Pecahnya Perang Diponogero (1825-1830) dan adanya bencana gempa bumi, mengakibatkan pembangunan gedung jadi tertunda. Namun Istana Yogyakarta kembali dibangun dan bangunan baru tersebut rampung pada tahun 1869.


Kreatifitas Belanda dalam pembangunan Gedung Agung berujung positif dan bermanfaat bagi Negara Indonesia, karena berkat hasil karya Belanda yang berhasil tertuang dalam bangunan Gedung Agung indah nan kokoh, membuat riwayat Gedung Agung itu menjadi sangat penting dan sangat berarti tatkala pemerintahan Republik Indonesia hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta.



Pada tanggal 6 Januari 1946, setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda, kota Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda. Meskipun Bangsa Indonesia memiliki akar pahit terhadap Belanda, tetapi pemerintah Indonesia tidak menghancurkan semua bangunan jejak-jejak peninggalan Belanda di Indonesia, malahan jejak-jejak kreatifitas Belanda dinilai berkualitas dan hasil karyanya juga diyakini dapat berdiri kokoh dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu Gedung Agung beralih fungsi menjadi Istana Kepresidenan Yogyakarta, dimana sebagai kediaman Presiden Soekarno, Presiden I Republik Indonesia, beserta keluarganya. Namun, saat ini Istana Negara Republik Indonesia sudah berpindah ke Jakarta, tetapi kekokohan dan kemegahan Istana Kepresidenan Yogyakarta masih dapat terlihat hingga sekarang.
Mega Latu