Museum Sri Baduga Simpan 147 Naskah Kuno

Bookmark and Share



KOMPAS.com/ Taufiqurrahman
ilustrasi
Museum Sri Baduga Bandung menyimpan 147 naskah kuno yang berasal dari sejumlah daerah di Jawa Barat dan termasuk naskah-naskah yang banyak diteliti dan dipelajari oleh kalangan kampus.

"Museum Sri Baduga terus berupaya mengumpulkan naskah kuno dari daerah di Jabar, saat ini sudah terkumpul 147 naskah," kata Staf Museum Sri Baduga Bandung, Iip Syarif Hidayat di Bandung, Kamis.

Naskah-naskah terebut, ditulis dengan menggunakan berbagai hurup kuno seperti hurup Sunda kuno, Jawa Kuno hingga bertuliskan hurup Palawa.

Hampir sebagian besar naskah itu, kata Iip dipengaruhi oleh budaya India karena kebanyakan berasal dari zaman yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu.

Naskah yang memiliki nilai tinggi dan mengungkap sosial budaya mayarakat Sunda tempo dulu itu dituliskan di daun lontar, kertas Eropa, logam dan kayu yang masih terawat apik di museum yang berlokasi di Jalan PETA Kota Bandung itu.

Naskah-naskah kuno itu menjadi salah satu wisatawan, khususnya dari mancanegara seperti dari Belanda dan Jepang. Sedangkan wisatawan lokal kebanyakan pelajar dan mahasiswa serta dosen yang sedang melakukan penelitian sejarah. "Naskah itu banyak mengungkap kehidupan sosial budaya masyarakat, khususnya Jawa Barat di masa lampau," kata Iip.

Lebih lanjut, Iip Syarif Hidayat menyebutkan, saat ini Museum Sri Baduga memiliki koleksi sebanyak 6.720 benda purbakala dan sejumlah permainan tempo dulu. Koleksinya mulai dari jaman pra sejarah hingga pada kolonial Belanda.

Salah satunya adalah koleksi reflika Gua Pawon dan Manusia Pawon yang ditemukan di daerah Gunung Masigit Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Gua Pawon merupakan tempat tinggal manusia (homosafiens) purba yang hidup di Cekungan Bandung dengan usia sekitar 9.500 tahun lampau. "Museum ini bersifat umum, dengan koleksi bidang geografi, arkeologi, dan juga seni budaya Sunda," katanya.

Museum ini juga menyimpan jenis-jenis permainan tradisional anak-anak, juga kerajinan tangan masyarakat yang hingga sekarang masih dilestarikan.

"Sekitar 80 persen koleksi yang ada masih asli, sedangkan 20 persen lagi adalah replika. Aslinya ada di daerah masing-masing, misalnya Batu Tulis ini replika, aslinya ada di Bogor," kata Iip Syarif Hidayat menambahkan.

ANTara